Sudah menjadi Viral dan tidak terbendung lagi. Razia Warteg Ibu Saeni di Lebak - Provinsi Banten oleh Satpol PP setempat mampu menarik simpati dan rasa iba sebagian besar Netizen setelah melihat liputan dari salah satu stasiun televisi swasta. Terhimpulah dana ratusan juta rupiah dalam bentuk donasi untuk Ibu Saeni sebagai bentuk simpati terhadap kesukaran yang beliau alami. Sebagian besar dari anda setuju bahwa penggerebekan warteg Ibu Saeni sedikit berlebihan terutama jika dititikberatkan pada kondisi di mana seluruh barang dagangan Ibu Saeni berupa makanan telah ludas habis diambil oleh yang berwenang. Pada saat pertama kali melihat berita tersebut sebagian hati kita teriris sekaligus geram melihat betapa menyedihkannya seorang ibu yang kehilangan asetnya dalam menyambung hidup sehari-hari. Warga Indonesia sudah cerdas dan segera bertindak akan ketidak-adilan yang terlihat. Namun amat disayangkan dari kasus yang terjadi bulan Ramadhan ini, justru timbul berbagai macam bentuk kebencian dan amarah terlebih setelah banyaknya investigator, reporter, wartawan dari mulai amatir hingga yang professional yang berlomba untuk memperoleh informasi mendalam mengenai kondisi Ibu Saeni pasca penggerebekan, bahkan kita semua mendapatkan LIVE REPORT sepanjang hari belakangan melalui Internet dan media lain tentunya. WHAT'S WRONG?? Secara umum netizen memiliki dua argumen yang saling bertentangan pada kasus ini, yakni: 1. Mereka yang simpati terhadap Ibu Saeni (PRO) 2. Mereka yang kontra terhadap treatment oleh Netizen untuk Ibu Saeni (KONTRA) 1. PRO Saya sendiri termasuk pada point pertama. WHY?? Karena menurut pendapat saya pribadi, its not a right thing untuk melakukan penggerebekan rumah makan selama bulan puasa. YA, saya paham bahwa Perda setempat melarang pembukaan usaha rumah makan pada siang hari selama bulan suci ini, namun mengapa pada saat itu hanya Warung-warung kecil yang terlihat dirazia?? Well, saya juga tidak tahu kondisi di lapangan mengenai warung-warung makan mahal komersil namun saya berani mengatakan memang sejak awal Perda ini sedikit kurang relevan. Apa definisi Puasa? Menahan lapar dan haus?? Tentu saja tidak berakhir sampai di situ. Namun terkait dengan Perda ini sangat disayangkan, esensi dari menahan lapar dan haus beserta godaannya lebih dimudahkan karena peraturan tersebut. ITS NOT A BAD IDEA (terlepas dari dinasti pemerintahan banten, ouch). Tapi, bagaimana dengan para Musafir? Ibu hamil? Wanita Haid? Orangtua? Mereka yang tidak puasa?? "Kan bisa ikutan puasa juga, toleransi dong..." "Kan bisa masak sendiri di rumah.." Ya, boleh saja tapi apakah salahnya jika membuka warung-warung tersebut untuk memudahkan akses bagi mereka yang tidak puasa?? Apakah anda yang berpuasa akan ikut tergoda melirik warung itu? Tentu tidak kan? Puasa kita sudah dipastikan FULL 1 hari dan tidak akan batal kecuali pada kondisi khusus. Oleh karena itu, buka atau tidaknya warung makan sama sekali tidak berpengaruh pada kekuatan kita yang dapat menahan lapar dan dahaga selama ini. Lantas untuk apa Perda tersebut masih ada?? "Agar provinsi Banten menjadi lebih Islami." I agree with this. Namun, sekali lagi, dengan melakukan razia yang gegabah seperti itu, dampak yang terjadi hanyalah pembentukan citra Umat Muslim setempat yang cenderung manja dan sedikit otoriter. Semua orang harus wajib taat mengikuti ajaran Islam, berlaku juga untuk Non-Muslim, tapi kembali lagi ke pertanyaan: Adakah perintah menutup warung makan dari Al-Quran dan Hadits???? I can't answer that. FYI kasus razia warung ini sebenarnya bukan yang pertama di Indonesia. Mereka yang "nyemen" di warung tegal ataupun berdiam-diam di kamar pada siang hari akan menanggung dosanya sendiri, kita boleh mengingatkan, tapi gunakan cara yang benar. Termasuk mereka yang makan di Warteg Ibu Saeni. 2. KONTRA Mereka yang konservatif jelas akan mendukung kebijakan apapun selama menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya: Its not wrong at all. Membangun kondisi provinsi yang lebih kondusif dalam beribadah adalah tindakan yang sangat positif, tapi apakah kita sudah tahu koridor yang benar seperti apa?? Kasus Ibu Saeni bagi sebagian besar orang adalah bentuk ekspos media yang memiliki kepentingan tertentu hingga mencapai penyudutan pada kaum Muslim. TAPI, SAYANG SEKALI...sekalipun memang media tersebut memiliki misi terselubung namun apakah benar membuat suatu tagline yang berbau SARA?? (lihat meme di atas) WELL...ITS NOT GOOD THING MAN... Berpendapat boleh saja, pro atau kontra its up to you tapi saya sangat kecewa sebagai umat muslim karena dari Meme di atas terbukti bahwa kelompok mana yang sebenarnya menyulut api? "Ya kita nulis begini karena K*MPAS TV yang adu domba duluan!!" Jika demikian well, they success... Karena dengan meme di atas saja saya merasa tersudutkan meskipun bukan bagian dari mereka. Lagipula apa tujuan mengaitkan kasus ini dengan kasus lain? Let's See Penggusuran Pasar Ikan?? Lebih tepatnya relokasi pasar ikan, karena pada kasus ini warga setempat sudah diberikan RUSUN BARU yang lebih nyaman dan layak, mereka yang stay di perahu kemungkinan masih enggan untuk menerima kenyataan bahwa rumah yang sebenarnya adalah lahan milik negara sudah rata dengan tanah atau mungkin ada alasan lain di baliknya yang perlu dianalisis lebih mendalam. Ini jelas kasus yang sangat berbeda dan tidak bisa dikaitkan dengan razia Warteg. Jadi sangat tidak "nyambung" jika membandingkan kasus pasar ikan dengan razia warteg lebak banten. Apakah karena eksekutornya Satpol PP jadi bisa menjadi analogi?? ITS A WHOLE DIFFERENT THING.. Dan kenapa bawa-bawa nama Ahok lagi?? Perda Papua vs Perda Banten Salah satu bentuk argumen yang menurut saya invalid karena salah analogi dan tersulut emosi. 30 Hari adalah Ramadan, sementara 52 hari adalah setiap hari minggu, bagaimana kedua Perda ini bisa dibandingkan?? Sangatlah wajar jika kita meributkan Perda Lebak terlebih dahulu karena ekspos dari media yang menggiring kita menuju ke sana, well we are not well informed by Perda Jayawijaya, namun bukan berarti orang-orang tutup mata soal itu. Tapi here is the case: 30 Hari kerja dengan 52 hari minggu jelas-jelas secara sisi ekonomis berbeda, dan kondisi geografis juga daerah dan mayoritas pemeluk agama juga berbeda, sehingga membandingkan kedua Perda ini sangat tidak "nyambung" Dan sebenarnya masih banyak lagi meme-meme yang kontra atas simpati netizen terhadap kasus ini namun alangkah lebih baiknya kita lebih sering melihat sisi baiknya bukan sisi ofensifnya. Tapi dibalik kedua meme tersebut ada sisi yang bisa kita renungkan, yaitu mengenai provokasi. Mereka yang menjadi simpat(pro) tersulut setelah melihat tayangan media(provoked), sementara mereka yang kontra tersulut setelah melihat postingan tandingan seperti di atas (provoked). Keduanya sama-sama terprovokasi. Dan ada 1 berita lagi yang sebenarnya cukup menarik: http://www.kabarmakkah.com/2016/06/sudah-dikasih-bantuan-warteg-ibu-saeni.html Membuat para golongan simpatisan Ibu Saeni mengelus dada, hahaha, well berita ini juga berasal dari net sehingga sampai saat tulisan ini dipost, belum ada kejelasan mengenai kebenarannya. UPDATES: Rumah makan cepat saji di daerah Serang ternyata tutup pada siang hari selama Ramadhan Dengan demikian its confirmed Perda ini dinyatakan efektif dan tidak memandang kecil atau besarnya usaha rumah makan. Dari fakta terbaru ini maka dapat disimpulkan bahwa kasus razia ini memang bentuk penegakan peraturan daerah yang telah dilanggar oleh pemilik Warteg. Iniitial Reaction oleh Netizen yang bersimpati bukanlah kesalahan atau kebodohan. Honestly I said, my heart was broken sewaktu melihat tayangan razia itu untuk pertama kali, begitu pula dengan sebagian besar netizen juga, jadi wajar kan, apabila rasa kasihan itu muncul. Its not anyone fault. Kebodohan adalah ketika bentuk kritik sudah berlebihan dan mengaitkan satu hal dengan yang lainnya yang jelas-jelas berbeda kondisi. PRO atau KONTRA kita boleh berpendapat, saya sendiri kecewa dengan mereka yang sebenarnya tidak perlu menyulut api di bulan Ramadhan ini, setelah kasus ini saya berharap bahwa netizen bisa lebih cerdas lagi dalam bersikap.
Donasi yang diberikan adalah amal yang baik, terlepas dari bagaimana sikap Ibu Saeni setelahnya namun itulah rejeki yang dia peroleh, sebagai umat muslim sudah seharusnya kan saling bantu-membantu?? Bukankah kita saudara?? Untuk apa berdebat lagi?? Saya memohon maaf apabila beberapa argumen saya memiliki nilai yang ofensif, what I was trying to say is: Sebaiknya kita tidak perlu memposting hal-hal yang justru mencoreng umat Islam itu sendiri. Well I was wrong too, and everyone can make a mistake anyway. Mari muliakan Bulan ini dengan banyak beribadah dan saling berbagi, bukan memberikan SHARE yang tidak bermanfaat. MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN...
0 Comments
Your comment will be posted after it is approved.
Leave a Reply. |
Archives
August 2016
Audy D. Putra
Seorang Mahasiswa Teknik biasa namun berusaha untuk menjadi anti mainstream, meskipun anti mainstream itu telah menjadi mainstream Categories |